PMRI
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan menyusun dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sebagaimana kita ketahui KTSP diimplementasikan pada sekolah-sekolah di Indonesia mulai tahun ajaran 2007/2008, meskipun belum semua sekolah menerapkannya, tergantung dari kesiapan masing-masing sekolah. KTSP bertujuan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas.
Penerapan KTSP berimplikasi pada beberapa aspek antara lain perencanaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, pendekatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan lain sebagainya. Pendekatan pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan, mengingat keberhasilan suatu pembelajaran di kelas akan sangat tergantung dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru. Untuk memaksimalkan hasil pembelajaran di kelas perlu diupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pendekatan pembelajaran matematika yang merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai dengan KTSP. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).
Dalam suatu pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Agar komunikasi tersebut dapat berlajaran dengan baik dan diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal guru seharusnya mempunyai strategi dalam melaksanakan pembelajaran.
Secara umum strategi belajar mengajar mempunyai pengertian sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut Mansur Muslich (2007:67) strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dengan demikian jika dihubungkan dengan belajar mengajar matematika, strategi berarti suatu pola-pola umum kegiatan guru-siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar matematika untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Syaiful Bahri D (2002), ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yakni:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.
Strategi merupakan siasat dalam pembelajaran misalnya mengaktifkan siswa. Dalam strategi terdapat beberapa pendekatan, seperti konstruktivis dan realistik. Pendekatan pembelajaran merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya masih teorits atau konseptual.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa memilih sistem pendekatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam konteks penerapan KTSP, kegiatan pembelajaran diartikan sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dalam kegiatan pembelajaran guru berfungsi sebagai fasilitator dan motivator, guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang kondusif yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar. Dengan demikian, tanggung jawab belajar terdapat pada diri siswa. Menurut Depdiknas (2003), pengembangan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Berpusat pada siswa
2) Belajar dengan melakukan
3) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan
4) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
5) Mengembangkan kreatifitas siswa
6) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
7) Perpaduan kompetensi, kerjasama, dan solidaritas
8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
9) Belajar sepanjang hayat.
Karakteristik pembelajaran seperti tersebut di atas merupakan ciri-ciri pembelajaran yang menganut paradigma belajar. Pembelajaran dalam konteks paradigma belajar sangat sesuai dengan paham kontruktivisme. Kostruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi kita sendiri. Menurut Jaworski yang dikutip oleh Ali Mahmudi (2005) bahwa pengetahuan dikonstruksi secara aktif oleh siswa dan tidak diterima secara pasif dari lingkungan. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa, melainkan harus dikonstruksi atau diinterpretasikan sendiri oleh siswa. oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas diusahakan agar siswa aktif mengkontruksi sendiri pengetahuannya, menemukan sendiri konsep-konsepnya. Dengan demikian siswa akan lebih paham tentang konsep yang sedang dipelajarinya dan konsep tersebut akan bertahan lebih lama dalam ingatannya.
Comments
Post a Comment